Hari-hari di pondok selalu penuh dengan keberkahan. Tapi ada satu hari yang terasa begitu istimewa—hari di mana langit seakan lebih dekat, doa-doa lebih deras mengalir, dan hati santri bergetar karena rasa harap dan cinta pada Allah. Itulah Hari Arafah, 9 Dzulhijjah.
Sebagai santri di Pondok Pesantren HM Al-Inaaroh2, kami tidak hanya memaknai puasa Arafah sebagai amalan rutin menjelang Idul Adha. Lebih dari itu, ini adalah momentum spiritual, saat di mana seorang hamba bisa meraih pahala luar biasa hanya dalam satu hari puasa. Rasanya seperti mendapat “diskon besar-besaran” dari Allah untuk semua dosa yang menumpuk di hati.
Keutamaan yang Tak Bisa Diremehkan
Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”
(HR. Muslim)
Bayangkan, satu hari menahan lapar dan haus, dibalas dengan pengampunan dua tahun dosa. Di pondok, kami biasa menyebutnya sebagai “investasi akhirat paling kilat”—tanpa harus antri, tanpa birokrasi, langsung dapat “bonus surgawi”.
Kami para santri sering membayangkan, andai Allah memperlihatkan semua dosa kami dalam bentuk nyata, pasti sudah menggunung. Tapi lewat puasa Arafah, Allah bukakan pintu ampunan selebar-lebarnya. Dan yang lebih hebat lagi, keutamaan ini diberikan kepada mereka yang tidak sedang berhaji. Artinya, meskipun kami hanya berada di pesantren, bukan di tanah suci, kami tetap bisa meraih pahala besar yang sedang dibagikan di Arafah.
Nuansa Hari Arafah di Pesantren
Di HM Al-Inaaroh2, suasana Hari Arafah sungguh berbeda. Sejak pagi, masjid pondok penuh dengan dzikir dan lantunan takbir. Para santri memperbanyak tilawah, qiyamul lail semalam sebelumnya, dan tentu saja berpuasa. Bahkan ustadz-ustadz kami menyampaikan kajian khusus tentang hikmah wukuf dan makna pengorbanan Nabi Ibrahim AS.
Saat adzan Maghrib berkumandang, kami berbuka bersama di serambi pondok. Suasana haru sering menyelimuti, karena banyak dari kami yang menitikkan air mata—bukan karena lapar, tapi karena sadar betapa Allah begitu pemurah terhadap hamba-Nya.
Bukan Sekadar Puasa, Tapi Bukti Cinta
Puasa Arafah bukan cuma soal menahan diri dari makan dan minum. Ini tentang menahan dosa, menundukkan ego, dan memperbarui niat. Di tengah kesibukan ngaji, menghafal, dan berjamaah, puasa ini jadi titik balik bagi kami untuk merenung: Apakah ilmu yang kami cari sudah mengubah hati? Apakah ibadah kami sudah membuat kami lebih tawadhu dan ikhlas?
Sebagai santri, kami belajar bahwa Hari Arafah bukan hanya milik jemaah haji. Ia adalah milik siapa saja yang ingin meraih cinta dan ampunan Allah. Dan di pondok, dengan segala keterbatasan kami, justru terasa lebih khusyuk dan mendalam.
Ayo Santri, Jangan Lewatkan!
Bagi kami, puasa Arafah adalah hadiah besar dari Allah. Sehari yang bisa menghapus dua tahun dosa, tentu tak boleh dilewatkan. Maka, kepada sesama santri di seluruh penjuru negeri, terutama teman-teman seperjuangan di Ponpes HM Al-Inaaroh2, mari kita niatkan puasa Arafah dengan sebaik-baiknya. Semoga kita termasuk dalam barisan hamba yang diampuni dan dimuliakan oleh-Nya.
Hari Arafah bukan hanya tentang puasa, tapi tentang harapan, pengampunan, dan cinta kepada Allah yang tanpa batas.